Sabtu, 29 Maret 2014

Kata Terlambat itu Ada

Santanu meraih telfonnya dan memencet tombol hijau. "Halo?"
"Bisa keluar sebentar?"
"Siapa ini?"
Orang di seberang telfon itu sempat terdiam. "Aku nunggu hampir sejam."


Ia segera keluar dengan masih mengenakan boxer dan kaos oblongnya. Menguap. Dan menatap seorang pria di seberang pagarnya yang menjinjing sesuatu.
"Fajar? Ngga ngomong kamu. Ada apa?"
Fajar menyerahkan yang dibawanya itu. "Happy birthday ya."
"Wuah.. thanks ya bro! Jadi ngerepotin nih. Tapi masih lama kali.. Juli nanti tanggal 15."
Fajar tersenyum. "Bukan dari saya."
Santanu mengernyit. "Terus dari siapa?"
"Mungkin ada tuh di dalem kartu ucapannya."
Fajar segera pamit.
Santanu membawa kado itu masuk dengan sedikit rasa curiga. Lama-lama tak menghiraukannya.






Rabu, 26 Mei 2007

Telefon berdering. Santanu mengangkatnya.
"Halo?"
"Hai, Nu." sapa sebuah suara. "Ini Lola."
"Oh, Lola. Ada apa ya?"
"Hari ini ada acara nggak?"
Santanu terdiam sebentar. "Emangnya kenapa?"
"Kalau ngga ada acara, mampir ke rumahku mau ngga? Lagi ada party nih, Tessa, Dervan, Gusti sama Arya juga dateng."
Aduh, males.. "Oh ada ada, aku ada acara. Maaf ya Lola."
Jeda.
"Oh, oke. Ngga apa-apa. Maaf ganggu ya Tanu, makasih."


"Happy birthday ya Lolaa.. wish u all the beest!" seru Tania. Lola tersenyum, setelah menaruh handphonenya lagi. "Makasih ya cantik."
"Gimana, Tanu mau dateng ga?"
"Udah pasti ngga lah," jawab Arya. "Dia susah banget diajak maen."
Tania memalingkan pandangannya ke arah Lola. "Bener?"
Lola mengangguk.


15 Juli 2007

"Ngga keluar?" tanya Dervan.
"Males. Mau ngapain? Ada rencana buat bisnis online jadi nggak bisa diem lama-lama."
"Wah, emang raja duit. Nih."
"Apaan?"
"Lupa?"
Santanu mengernyit "Apa?"
"Happy birthday."
"Oooh.. ya hehe. Thanks bos!"
Sebuah jam tangan Gucci terbaru.
"Anti aer," Dervan mengunyah kuenya. "Oh iya, kamu tau ngga?"
"Tau apa?" tanya Santanu balik sambil memakai jam itu tanpa melihat Dervan.
"Lola.."
"Hm? Kenapa dia?"
"Kamu ngga tau?"
"Ooh.. sebentar! Mungkin.."
Santanu membawa kado yang diberikan Fajar beberapa waktu yang lalu. Ia membukanya. Sebuah blazer bermotif kotak dari bahan flannel. Ia menyukainya.
"Bagus ya!"
"Dari siapa?"
"Aku pikir dari Lola.." ia mencari-cari kartu ucapan dari dalam bungkusannya. Ada, dan sangat kecil. Hanya ada tandatangan Lola. Tidak tertera namanya."
"Lola?"
"Iya."


Santanu meraih Blackberry nya dan menelepon Lola. Tidak tersambung.
"Aneh." Ia mencoba sekali lagi.
"Nelepon Lola?"
"Iya."
"Jadi kamu beneran belum tau?"
"Belum tau apaan sih?"
Jangan ngasih tau Santanu sekarang, inget! Dervan teringat akan perkataan Tania. Biar kita tunjukin sendiri nanti.


Jumat, 20 September 2007

"Kamu mau tau Lola?" tanya Arya. "Dia ada di sini."
"Ngapain dia di sini?"
Arya tidak menjawab.
Santanu bingung. Ia menerka-nerka apa yang sedang dilakukan Lola di tengah hutan bambu begini.


Tapi, sebuah nisan kayu baru bertuliskan nama Lola menjawab semuanya.





Santanu jadi teringat ketika ia membuang hadiah kue dari Lola. Mengacuhkannya ketika di kantin saat mereka masih SMA dulu. Malas untuk menyapanya duluan. Hanya tersenyum, dan jarang berbicara. Sup, sweater pemberian Lola saat valentine, cerita yang pernah Lola buatkan untuknya, juga saat ini, blazer yang ia kenakan. Lama lama membuatnya bergidik. Hatinya hanya menyerukan sebuah nama.
Lola...


Arya mendesah dan menepuk bahu Santanu.
"Dia menyukaimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar